Tasawuf Kiai Sholeh Darat; Minhajul Atqiya


Tasawuf Kiai Sholeh Darat; Minhajul Atqiya

Tasawuf Kiai Sholeh Darat terjemah dari kitab: Minhajul Atqiya

[Catatan atas kitab Hidayatul Adzkiya Syekh Zainuddin al-Malibari]

===============

Alih bahasa: Miftahul Ulum

Penerbit: Sahifa

Berat: Rp. 570 gram

Halaman: 492

Dimensi: 14,8 x 21 cm

Harga: Rp. 128.000,-

Pesan di : Toko Buku Barokah Ilmu Temanggung : http://Wa.me/6285292768691

===============


Sinopsis

Buku “Tasawuf Kiai Sholeh Darat” ini merupakan terjemah dari kitab Minhajul Atqiya’ komentar atas kitab Nadzam Hidayatul Adzkiya’ ila Ma’rifatil Auliya’, karya Syekh Zainuddin al-Malibari. Dalam buku ini, rujukan yang paling banyak beliau gunakan adalah kitab Kifayatul Atqiya’ wa Minhajul Ashfiya’, karya Syekh Abu Bakar Syatha dan Salalimul Fudhala’ Syarhu Hidayatul Adzkiya’, karya Syekh Nawawi Banten. Kitab Minhajul Atqiya’ merupakan karya KH. Sholeh Darat yang paling tebal setelah Kitab Tafsir Faidhur Rahman, kitab ini mengupas secara lengkap terkait ajaran tasawuf, mulai dari syariat, tarekat, hakikat hingga ajaran dan perilaku para Ulama’ Sufi. Buku ini memberikan jawaban yang cukup memadai terhadap keragu-raguan atau bahkan penolakan sebagian orang terhadap ilmu tasawuf dan praktik para sufi, dengan menjelaskan dan menyebutkan dalil bahwa ilmu tasawuf dan praktik para sufi, kesemuanya berdasar pada al-Qur’an dan Hadits Nabi. Hal menarik yang tidak banyak dimengerti orang adalah, bahwa para Imam Madzhab Fiqih, yakni Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hambali dan lainnya bukan hanya faqih tapi juga shufi. Buku “Tasawuf Kiai Sholeh Darat” ini dialihbahasakan oleh Kiai Miftahul 'Ulum.


Tentang Penulis: KH. Sholeh Darat

KH. Sholeh Darat bernama lengkap, Muhammad Sholeh bin Umar al- Samarani, atau lebih dikenal dengan sebutan kiai Sholeh Darat. Kiai Sholeh Darat memiliki riwayat pendidikan yang cukup panjang. Apalagi, ayahnya berkeinginan kuat mengantarkan Sholeh Darat menjadi ulama yang berpendidikan. Tak bisa dipungkiri, Kiai Sholeh Darat memiliki reputasi keilmuan yang sahih dan diakui, baik di tanah Jawa, Haramain, juga kawasan Asia. Beliau termasuk jajaran Kiai yang berpikir visioner dan out of the box, di saat kiai-kiai lain masih melarang penerjemahan al-Qur’an kedalam bahasa selain Arab. Beliau berani melawan arus tradisi dengan menulis Tafsir Faid ar-Rahman dalam bahasa pegon.[Ba'il_Bookstore]





Komentar